House of Danar Hadi, Destinasi Budaya yang Wajib Dikunjungi Ketika Berlibur di Solo

House of Danar Hadi - Batik Kraton. Sumber: www.tripadvisor.com

Bulan Februari lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi kota Solo. Tujuan saya ke sini adalah untuk merayakan hari ulang tahun saya dengan melakukan solo traveling. Mengapa Solo? Sebagai pribadi yang suka jalan-jalan sembari belajar tentang sejarah dan kultur, saya merasa bahwa Solo mempunyai daya tarik tersendiri soal warisan budayanya yang (ternyata) masih sangat terjaga. Benar saja, begitu menginjakkan kaki di Stasiun Balapan, Solo seakan memberikan aura magis yang membuat inner self saya bergeliat tak sabar untuk menyusuri setiap jejak-jejak budaya yang ada.
Dikenal pula dengan sebutan Surakarta, kota Solo memiliki beragam destinasi budaya yang tak boleh dilewatkan.Misalnya saja Keraton Surakarta, Pura Mangkunegaran, Pasar Triwindu, Pasar Klewer, Museum Pers, dan Kampung Batik Kauman yang pasti sudah familiar di telinga Anda. Kali ini, saya ingin menambahkan satu tujuan yang wajib masuk di agenda liburan Anda ketika berkunjung ke Solo. Ialah House of Danar Hadi, sebuah museum yang menyimpan segala hikayat tentang kain batik. Bangunannya berada di Jl. Slamet Riyadi no. 261, mudah ditangkap oleh mata sebab lokasinya cukup strategis di tepi jalan besar.
Ya, siapa sih yang tidak pernah mendengar batik Danar Hadi yang tersohor itu? Sebagai introduksi, batik khas Solo ini diinisiasi pada tahun 1967 sebagai sebuah perusahaan keluarga yang diprakasai oleh Santosa Doellah dan istrinya. Santosa Doellah merupakan keturunan dari keluarga pegusaha batik. Salah satunya adalah kakek beliau yakni R.H. Wongsidinomo yang merupakan penggagas dan pemilik WS Batik di Laweyan, Solo. Lantas, dari mana merek batik ini kemudian mucul? Danar Hadi sendiri ternyata diambil dari penggalan nama istri Santosa Doellah, yaitu Danarsih Hadipriyono. Ia merupakan anak perempuan dari H. Hadipriyono yang juga merupakan perajin dan produsen batik. Keduanya kemudian mengembangkan Danar Hadi mulai dari membuka toko kecil di tahun 1975 hingga kini menjadi sebuah bisnis yang menyandang nama besar di dunia retail dan terkenal di seantero negeri.
Santosa Doellah kemudian mengelola sebuah pusat pengelolaan budaya yang sekaligus berfungsi sebagai museum dan menamainya House of Danar Hadi. Bangunannya menjadi satu kompleks dengan nDalem Wuryoningratan, sebuah gedung dan warisan budaya yang dulunya merupakan kediaman utama keluarga Wuryoningrat. Anda bisa menemukan nDalem Wuryoningratan yang berdiri dengan interior mewahnya begitu memasuki gerbang depan. Sementara itu, museum batik dan area penjualan terletak di samping kirinya.
Suasana ‘rumah’ yang terasa homey dan luks sangat terasa seketika memasuki museum batik. Sama sekali jauh dari kesan eerie yang biasa timbul ketika kita menyebut kata museum. Namun sayangnya, pengunjung tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar selama tur (kecuali di bagian dapur pembuatan batik alias mini workshop), sehingga saya tidak memiliki dokumentasi khusus untuk mengabadikan interior yang tampak elegan di sini. Meski begitu, hal ini tidak menjadi masalah sebab Anda dijamin akan sibuk menakjubi keindahan hamparan kain-kain batik nusantara yang jumahnya mencapai 10.000 helai ini dan telah menjadi catatan MURI. Kain-kain batik tersebut merupakan koleksi dari keluarga sang pemilik. Di antaranya ada kain batik yang pernah diberikan khusus oleh Ibu Megawati Soekarnoputri, batik karya Guruh Soekranoputra, dan batik Indonesia Go Tik Swan. Selain itu dengan tidak adanya aktifitas menggunakan ponsel, Anda tentu akan lebih akrab dengan sang pemandu.
Suasana dalam mini workshop. Dok. pribadi
So, there is a tour guide? Tentu saja! Ketika memasuki ruangan, Anda akan disambut dengan ramah oleh seorang pemadu yang siap menemani untuk mengelilingi museum. Setelah mengisi buku tamu, pemandu akan menggiring Anda menyusuri ruangan demi ruangan sembari bercerita. Beberapa topik panduan yang diberikan diantaranya mengenai sejarah berdirinya Danar Hadi beserta kisah keluarganya, cara pembuatan batik secara alami beserta alat-alat tradisionalnya, jenis-jenis batik di Indonesia, pengaruh budaya luar negeri (khususnya Eropa, China, dan India) pada motif batik, hingga mengetahui bahan-bahan untuk mengawetkan kain batik dengan bahan alami (di sini, mereka menggunakan biji lada untuk menghindari ngengat). Tak ketinggalan, ia juga mendeskripsikan dengan detail apa saja yang membedakan batik Yogyakarta dan Solo, mulai dari penggunaan motif parang, siapa saja yang berhak menggunakannya, hingga warna-warna yang mendominasi.
Tur museum ini memakan waktu kurang lebih 40 menit dan ada sekitar 11 ruangan yang dijelajahi. Well, jangan berpikir kalau ini akan melelahkan dan membosankan, sebab pemandu yang membawa saya sangat friendly. Pastikan Anda mendengarkan setiap penjelasan yang disampaikan, karena tak jarang si pemandu akan menanyakan kembali hal-hal yang sudah ia ceritakan sebelumnya. Sesekali ia pun mengajak saya untuk berinteraksi dengan melakukan tanya jawab dan cukup membuat saya tertantang. “Ini adalah batik yang mendapat pengaruh dari budaya Belanda saat zaman penjajahan. Coba mbak lihat, motif batik ini menceritakan tentang apa?” tanyanya pada saya saat itu sambil menunjuk kain batik yang tersampir di depannya. Ia kemudian memberikan petunjuk dan mengarahkan saya untuk menjawab, “Little Red Riding Hood!”
Pada penghujung tur, saya diantar menuju pintu terakhir yang mengarah ke toko batik Danar Hadi. Di sini mereka menjual berbagai produk berbahan batik, baik yang masih berbentuk kain maupun yang sudah dikreasikan menjadi busana. Mengenai harga sudah pasti jangan ditanya, sebab barang dengan bahan berkualitas tentu memiliki harga (tinggi) yang sepadan. Rentang harga untuk busana dan kain berkisar dari Rp. 500.000 hingga puluhan juta rupiah. Tetapi  bila Anda ingin membawa buah tangan dari tempat legendaris ini dengan harga yang terjangkau, Anda bisa melirik berbagai pernak-pernik seperti dompet, taplak meja, sarung bantal, dan scarf.
Secara keseluruhan, House of Danar Hadi memberikan pengalaman yang tak akan terlupakan. Meski saya bukan pecinta batik (ya, saya bahkan hanya memiliki satu pakaian batik), namun tur singkat ini merupakan hal yang paling berkesan bagi saya. Bila Anda tak puas hanya dengan mengunjungi Kampung Batik di Solo, tak ada salahnya bila melanjutkan perjalanan ke House of Danar Hadi - sebuah rumah yang menyimpan cerita bersejarah dan warisan budaya yang amat berharga. Jangan khawatir soal biaya, sebab museum mematok HTM sebesar Rp. 35.000 untuk umum dan sudah termasuk dengan pemandu tur. Harga yang sangat terjangkau untuk sebuah perjalanan yang kaya akan wawasan. Truly recommended!

House of Danar Hadi
Jl. Slamet Riyadi No. 261, Solo 57141
Buka setiap hari
Museum: 09.00 – 16.00
Showroom: 09.00 – 21.00
HTM: Rp. 35.000 (umum)

Comments