Film Prayers for Bobby yang Mampu Menggetarkan Hati dan Keyakinan

Prayers for Bobby. Sumber: IMDb


Mama, ooh, I don’t wanna die. I sometimes wish I’d never been born at all.”

Well, saya tidak akan me-review soal Bohemian Rhapsody yang sekarang sedang banyak dibincangkan karena filmnya yang (memang) luar biasa amazing. Tetapi, rasanya sepenggal lirik di atas mungkin akan dinyanyikan oleh seorang anak bernama Bobby Griffith semasa hidupnya.

Film yang ingin saya bahas adalah drama televisi keluaran tahun 2009 yang dibintangi oleh Sigourney Weaver dan Ryan Kelley berjudul Prayers for Bobby. Awalnya, saya melihat film ini karena naksir berat dengan Ryan Kelley yang juga bermain sebagai Deputy Jordan Parrish di serial Teen Wolf. He is so gorgeous and apparently he looks so smol in Prayers for Bobby. Disutradarai oleh Russell Mulcahy, film ini diangkat dari kisah nyata yang kemudian dibukukan menjadi sebuah biografi oleh Leroy F. Aarons pada tahun 1995. Siapakah sebenarnya Bobby Griffith?

Bobby Griffith (Ryan Kelley) adalah seorang anak laki-laki dari empat bersaudara yang tumbuh dalam keluarga dengan pondasi agama Katolik yang sangat kuat. Bahkan, ia dan ibunya sangat hapal dengan ayat-ayat alkitab. Bobby digambarkan dengan karakter yang kalem, ceria, dan suka melontarkan celetukan humor ringan sehingga tak heran kalau dia menjadi anak kesayangan di keluarganya. “Nobody ever picks on you. You’re the favorite. So, what is it like to be perfect?” ujar Joy (Carly Schroeder), saudara perempuannya. Namun di balik semua itu, Bobby sendiri sebenarnya sangat rapuh. Karena nyatanya ia berbeda.
“I’m not like you, Ed. I keep trying. I keep telling myself that one day I’m gonna wakeup and it’s gonna be different. But, it is not. I don’t dream about girls like you do. I dream about guys.”


Perbedaan inilah yang akhirnya membuat ibunya, Mary Griffith (Sigourney Weaver), seperti ditampar bogem mentah lalu disambar petir berkali-kali. Hancur hatinya sebab anak laki-laki kesayangannya ternyata tidak hidup selaras dengan ajaran agama yang ia pegang kuat-kuat. It is a sin. Karena Mary tak mau anaknya semakin jatuh ke dalam dosa dan terbakar api neraka di kehidupan alam baka, ia berusaha keras menyembuhkan Bobby. Dibawalah Bobby ke psikiatris untuk menjalani terapi, mengarahkannya untuk ikut ke acara kerohanian, membuat catatan-catatan kecil berisi ayat-ayat kitab suci yang ditempelkan di berbagai sudut rumah supaya anaknya selalu ingat akan Tuhan, dan berdoa setiap saat supaya Tuhan menyembuhkannya.

Sumber: IMDb

Apakah semua itu berhasil? Tentu tidak semudah itu. Bobby malah merasa keluarganya tidak mencintainya lagi. Ia yang semula tinggal di Walnut Creek kemudian pindah ke rumah sepupunya yang berada di Portland dan bekerja di sebuah rumah sakit. Di sini, ia merasa lebih baik sebab sepupunya lebih open minded dan menerimanya. Untuk pertama kalinya, Bobby dipertemukan dengan kekasihnya yang bernama David. Bobby merasa down saat ia diajak oleh David untuk bertemu keluarganya, sebab keluarga David menyayangi dan menerima anaknya apa adanya. Bobby yang masih labil ini kemudian semakin galau saat mengetahui ternyata pacarnya selingkuh. Di titik yang paling rendah dalam hidupnya, tak ada yang mau mendengar dan menemaninya. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengakhiri hidup di usianya yang baru 20 tahun dengan terjun dari flyover dan kemudian tertabrak eighteen-wheeled truck yang melintas.

Sudah hancur karena anaknya yang berbeda, Mary semakin tak berdaya lagi mengetahui anaknya sekarang sudah tiada. Separuh film dari total durasi satu jam 30 menit menceritakan tentang penyesalan dan upaya Mary untuk bangkit dari tragedi yang dialaminya. Ia merasa diteror dengan ketakutan dan kesalahannya, bukan karena anaknya masuk ke neraka tetapi karena ia sadar apa yang ia lakukan selama ini adalah sesuatu yang salah, apalagi setelah ia menemukan sebuah jurnal yang berisi tentang curahan hati Bobby yang tak terdengar. Mary pun mengerti, “I know now why God didn’t heal Bobby. He didn’t heal him because there was nothing wrong with him. I did this. I killed my son.” Dari situlah, Mary bangkit dan menjadi aktivis gerakan pro LGBT serta memperjuangkan cinta bagi mereka karena ia tak mau apa yang dialaminya terjadi pada Bobby yang lain di luar sana.


Film Prayers for Bobby menurut saya brilian dari segala sisi. Please note, (akhirnya) bukan semata-mata karena saya suka Ryan Kelley. Dari segi akting, Sigourney Weaver benar-benar luar biasa dalam mengekspresikan sosok ibu dengan perubahan karakter dari yang keras, canggung, broke down, kemudian lembut dan penuh cinta. Ryan Kelley sendiri juga berhasil menghadirkan sosok Bobby yang membuat penontonnya ikut tersentuh dan ingin memeluknya.

The saddest moment at the end of the movie.

Dari sisi cerita, tiga kata untuk film ini: touching, moving, dan powerful. Menurut saya film ini menggambarkan keadaan kebanyakan orang saat ini ketika harus dipertemukan dengan para homoseksual, kebanyakan akan memandangnya dengan jijik dan menganggapnya penuh dosa, kemudian dikucilkan. Padahal, tidak semuanya dari mereka memiliki hati yang buruk. Bagaimana dengan Bobby? Ia tak pernah bertindak jahat kepada satu orang pun dalam hidupnya. Orang-orang seperti Bobby ini nyata dalam kehidupan kita, mereka ada, dan kita tak pernah tau bagaimana perjuangan mereka supaya bisa dipandang sama di mata orang lain. Film ini mengajarkan bahwa kebutaan dan ignorance kita terhadap hal-hal seperti ini termasuk blind faith (agama apa pun) sebenarnya tak hanya membunuh mereka namun juga menghancurkan diri kita sendiri. Oleh karena itu, saya menggunakan kata-kata “menggetarkan hati dan keyakinan” (keyakinan yang bukan hanya bermakna agama). Apakah pandangan buruk kita terhadap kaum LGBT selama ini selalu benar?

Sebagai kesimpulan, saya dengan senang hati memberi rate 9/10 dan kalian wajib menontonnya tak hanya sebagai hiburan (karena Ryan Kelley), tetapi juga sebagai pembelajaran untuk lebih open minded dalam memahami kehidupan. Bila tidak ada perbedaan, tak akan ada pelangi, bukan? Kekurangannya hanya satu dan itu simply karena saya tidak suka film tearjerker. Jadi, untuk kalian yang mau menontonnya, jangan lupa menyiapkan tisu di dekat kalian. Terakhir, saya ingin mengutip kata-kata powerful dari Mary Griffith.
“There are children, like Bobby, sitting in our congregations. Unknown to you they will be listening as you echo ‘amen’ and that will soon silence their prayers. Their prayers to God for understanding and acceptance and for your love but your hatred and fear of the word gay will silence those prayers. So, before you echo ‘amen’ in your home and place your worship, think. Think and remember a child is listening.”

Bonus: The grown up Ryan Kelley. You're welcome

Sumber: www.watchtivist.com


Comments

  1. Waduh, LGBT hm...😱 masih diperdebatkan nih di Indonesia

    ReplyDelete
  2. Maafkan agak susah komen krn isunya sensitif 🙏🏻

    ReplyDelete
  3. Ajaran agama manapun tdk membenarkan penyimpangan, namun bkn berarti mereka yg menyimpang ditolak/disingkirkan tpi dirangkul/dibina agar mereka kembali ke kodrar yg benar

    ReplyDelete

Post a Comment