My First Remarkable Solo Trip

Sepanjang hidupnya, manusia pasti memiliki memori dan pengalaman yang memiliki kesan. Baik itu sesuatu yang menyenangkan ataupun meninggalkan bekas pahit, keduanya sama-sama menuliskan cerita yang tak terlupakan. Bagiku, pengalaman berkesan yang aku dapat adalah ketika aku melakukan solo traveling.

Solo traveling memberikan kesan dan pengalaman yang amat berharga bagiku. Meski kerap dikenal sebagai pribadi yang introvert dan pendiam, namun untuk hal yang satu ini aku masih memiliki keberanian. Slightly. Tiga kali sudah aku melakukan solo traveling, dan banyak hal yang bisa kulihat dari pengalamanku yang terbilang masih sedikit. Misalnya saja, kita bisa belajar keragaman budaya tiap daerah, belajar karakter dan bagaimana bisa berbaur dengan orang lain, menikmati kekayaan sajian lokal, serta bagaimana kita mengalahkan keraguan diri sendiri.

Perjalanan seorang diriku yang memberikan coretan paling berharga hingga saat ini adalah ketika aku mengunjungi kota Solo bulan Februari yang lalu. Pertama kali aku menginjakkan kaki di sini, aku disambut dengan keramahan orang-orangnya dan aura budaya Jawa yang cukup terasa. Tak ada yang berteriak-teriak dan membunyikan klakson mobil secara ugal-ugalan dan tak ada raut masam dari petugas bus yang mengantarkanku ke beberapa destinasi tujuan. Jauh berbeda dengan apa yang kuhadapi setiap pagi ketika aku memasuki jalanan kota Jakarta. Of course, duh!


Aku mengunjungi beberapa points of interest seperti yang sudah kubaca sebelumnya di berbagai situs internet. Mengunjungi Museum Pers. Danar Hadi, Kampung Batik, dan Pasar Triwindu, serta menikmati malam di Pasar Gede yang dipenuhi lampion menjadi kegiatan yang mengisi hariku di Solo. Kuliner khas seperti Selat Solo dan Nasi Liwet Bu Sri tak luput dari daftarku. Tak lupa, aku menyempatkan diri untuk melihat Keraton Surakarta, di mana aku bertemu dengan dua traveller  dari Jakarta dan menjelajah Keraton bersama-sama. Dan, aku pun tak melewatkan kelezatan roti Orion yang melegenda itu.

Di kota ini pula lah, aku bertemu dengan seorang sahabat. Kami sudah saling berkomunikasi dan berbagi kegilaan melalui sosial media dan telepon genggam, namun sudah tujuh tahun kami belum pernah bertemu. Sama sekali. Gugup? Tentu saja. Namun, ini hanya berlangsung sebentar dan kami menghabiskan hari dengan canda tawa.

Kota Solo menjadi destinasi yang terbaik bagiku sejauh ini. Masih banyak yang ingin aku bagi tentang perjalananku di kota yang dikenal juga sebagai Surakarta tersebut. Perjalanan solo yang menjadi kado terbaik di ulang tahunku yang ke-26.
 

Comments